Sistem Pertanian Vertikal di Singapura
Akhir-akhir ini kan harga tempe ama tahu naik tuh. Padahal kita semua suka banget ama kedua makanan ini. Katanya sih sebabnya harga kedelai yang semakin tinggi. Denger2 sih kedelai emang sedang langka dipasaran dan pemerintah rencananya akan meningkatkan impor kedelai. Masa sih petani Indonesia ngga bisa mencukupi kebutuhan kedelai?? Lebih jauh lagi, masa sih Indonesia ngga bisa mencukupi kebutuhan pangan sampai impor segala??
Negara tercinta ini kan sangat luas buanget tuh . Terus katanya juga Indonesia negara Agraris atau negara yang sebagian besar penduduknya mempunyai mata pencaharian sebagai petani, tapi kok masih impor pangan??
Mungkin cara Singapura dalam bercocok tanam yang satu ini harus ditiru kali yak.
Di Singapura, tanah merupakan aset yang sangat berharga. Sebuah negara kecil dengan luas hanya 710 km persegi menjadi rumah bagi 5 juta orang. Tidak mengherankan apabila Singapura terkenal dengan bangunan yang menjulang tinggi. Di sebuah pulau dengan kepadatan yang tinggi, dimana 93% makanan adalah impor, ide untuk membuat lahan pertanian di negara ini dapat dikatakan hampir tidak mungkin untuk dilakukan. Sebaliknya kalau di Indonesia masih banyak tanah yang dibiarkan menganggur. Kalo ada pekarangan disekitar rumah anda, buat nanem aja
Namun, seorang pengusaha mengatakan bahwa dia mampu memproduksi lima kali lebih banyak sayuran pertanian di pusat kota. Berkat teknik pertaniannya yang bisa dikatakan radikal, lahan pertanian kota milik Jack Ng mampu menghasilkan 1 ton sayuran segar setiap harinya, menyediakan makanan bagi warga kota Singapura yang diproduksi secara lokal. Wow banget ngga tuh gan. Padahal lahan sempit yak.
Teknologi yang digunakan Jack Ng dalam sistem pertaniannya disebut dengan “A-Go-Gro”, dan tampak seperti Roda Ferris, dengan ketinggian 30 kaki. Rak-rak sayuran disusun dalam sebuah rangka alumunium, dan dapat berputar untuk menjaga sirkulasi cahaya matahari, aliran udara dan pengairan. Semua sampah organik menjadi kompos dan dapat digunakan kembali. Sistem perputaran (Air powering frame) air dibantu oleh gaya gravitasi dan membutuhkan sedikit konsumsi listrik. Menurut Jack Ng, energi yang diperlukan untuk daya satu air powering frame adalah setara dengan energi yang dibutuhkan 60 watt bola lampu. Keren yak
Seluruh sistem, masing-masing hanya membutuhkan lahan seluas 60 meter persegi. Sebanyak 120 menara telah didirikan di Kranji, 14 km dari pusat bisnis Singapura. Dalam beberapa tahun kedepan Jack Ng, ingin membangun 2.000 menara untuk sistem pertaniannya. Adakah kaskuser lulusan pertanian?? Ayo jangan kalah. Bikin pupuk tumbuh cepat hanya dalam 5 detik kaya di film dono.
Jack Ng menjual sayurannya dengan merk Sky Greens, yang dijual di supermarket, memberikan alterntif produk impor kepada konsumen. Meskipun harga sayuran Sky Greens 10% lebih mahal dari sayuran yang dijual di pasaran, namun sayuran ini banyak digemari karena sayuran vertikal lebih segar daripada sayuran lainnya yang dijual di Singapura. Sayuran lokal emang lebih seger daripada sayur impor, baru metik soalnya
Sky Greens didukung oleh pemerintah Singapura karena memungkinkan negara dengan luas wilayah yang kecil menjadi mandiri akan sumber pangan. Jack Ng percaya bahwa sistem pertaniannya dapat diadopsi di seluruh dunia, terutama di Asia Tenggara. Yang wilayah yang kecil aja bisa kek gitu, masa wilayah yang gede ngga bisa !!
sumber
0 Response to "Sistem Pertanian Vertikal di Singapura"
Posting Komentar