Pseudonim Dunia .. siapa sebenarnya mereka ?
GeonewZ .Dunia seni dan sastra memang merupakan semesta yang penuh fantasi dan misteri. Tak heran jika dunia ini dipenuhi oleh sosok individu-individu yang berkarakter unik. Salah satu bukti keunikan mereka kadang diekspresikan lewat penggunaan nama samaran, alias, nama pena, atau pseudonim yang membalut larut mereka dalam fantasinya sendiri.
gambar dari johannkoenig.de
Adapun yang sering menggunakan pseudonim ialah para penulis novel. Mereka membuat psudonim dengan tujuan tertentu. Selain untuk menyembunyikan identitas aslinya, mereka berupaya untuk menutupi embel-embel jati dirinya, seperti latar belakang etnis, ras, jender, atau memang untuk alasan menutupi jati diri demi menjaga privasi dan proteksi diri bahkan ada pula yang menggunakan pseudonim untuk tujuan komersialisasi.
Samaran Novelis Perempuan
Contoh dari penulis populer yang menyembunyikan jati diri aslinya, yaitu penulis kisah novel terkenal Sense and Sensibility karya Jane Austen. Saat terbit untuk pertama kalinya, Sense and Sensibility, Austen memutuskan untuk menggunakan nama samaran A Lady, sebelum kemudian memutuskan menggunakan nama aslinya untuk karya-karya novel berikutnya.
Ada pula penulis perempuan terkenal yang menggunakan nama samaran yang berbau maskulin yaitu Brontë bersaudari. Anne Brontë (penulis Agnes Grey) menggunakan nama samaran Acton Bell, Charlotte Brontë (penulis Jane Eyre) menggunakan nama samaran Currer Bell, sedangkan Emily Brontë (penulis Wuthering Heights) menggunakan nama samaran Ellis Bell.
Alasan mereka menggunakan psudonim sama halnya dengan J K Rowling karena ingin dikira penulisnya seorang pria. Alasan lainnya karena tak ingin warga yang tinggal di sekitar lingkup kehidupan mereka yang jadi inspirasi bagi karakter tulisannya mengetahui bahwa kehidupan mereka tengah dijadikan bahan tulisan.
Ada lagi penulis perempuan terkenal yang menggunakan pseudonim, yaitu Amantine Lucile Aurore Dupin yang menggunakan nama samaran George Sand. Amantine yang karya novel romantis populernya berjudul Indiana (1832), Valentine (1832), dan Lélia (1833) bahkan suka mengenakan busana pria sejak ia menggunakan nama samarannya.
Kondisi mengapa mereka, perempuan penulis, menggunakan pseudonim adalah karena dunia sastra kala abad ke-19 masih didominasi oleh kaum pria.
Pakai Inisial
Namun, fenomena penggunaan pseudonim yang maskulin masih diterapkan oleh serangkaian penulis novel perempuan saat ini. Mereka bukan khawatir akan dominasi pria. Namun, selain memiliki maksud menyamarkan jender mereka, juga bertujuan untuk menarik berbagai jenis pembaca tanpa membedakan segmen pembacanya.
Taktik yang mereka pergunakan yaitu menggunakan inisial nama sebenarnya seperti diterapkan penulis novel Harry Potter yang terkenal, JK Rowling. Sang penulis sengaja menyingkat namanya agar pembaca mengira sosok penulis adalah seorang pria. Padahal, penulis merupakan seorang perempuan bernama lengkap Joanne Kathleen Rowling.
Selain JK Rowling, ada pula penulis perempuan lainnya, seperti CL (Catherine Lucille) Moore yang dikenal sebagai penulis karya novel fiksi, SE (Susan Eloise) Hinton, penulis fiksi populer berjudul The Outsiders, dan DC (Dorothy Catherine) Fontana yang tadinya merupakan sekretaris dari produser film StarTrek, Gene Roddenberry, yang ternyata suka menuliskan beberapa skrip naskah episode film tersebut dan kadang ia menggunakan pseudonim Michael Richards atau J. Michael Bingham untuk beberapa naskahnya.
Taktik Gunakan Nama Pena
Ternyata, ada juga penulis novel terkenal dan amat produktif yang menggunakan pseudonim semata-mata untuk menyamarkan karya tulisannya yang akan diterbitkan dan tak ingin bayang-bayang nama besarnya akan mempengaruhi publik dalam membacanya. Hal ini pernah dilakukan penulis novel horor terkemuka Stephen King yang menggunakan nama samaran Richard Bachman untuk beberapa karya tulisannya.
Selain King, penulis sastra terkenal Prancis, Romain Gary, juga pernah menggunakan pseudonim Émile Ajar untuk karya sastranya yang berjudul The Life Before Us (La vie devant soi) yang meraih penghargaan literatur sastra, Prix Goncourt, pada 1975. Ini merupakan penghargaan kedua bagi Romain Gary setelah sebelumnya ia meraih lewat The Roots of Heaven (Les Racines du ciel) pada 1956.
Misteri juga disuguhkan dalam sebuah karya tulisan fiksi detektif karya penulis dan karakter Ellery Queen. Ternyata, Ellery Queen itu nama samaran kolektif dari sang duo penulis untuk Frederic Dannay dan Manfred Bennington Lee.
Di Indonesia pun ada penulis novel yang menggunakan pseudonim, seperti Remy Sylado, penulis novel Ca Bau Kan yang nama aslinya adalah Japi Tambajong. Selain menggunakan nama Remy Sylado, ia pun pernah menggunakan nama samaran Dova Zila, Alif Danya Munsyi, Juliana C. Panda, dan Jubal Anak Perang Imanuel.
Saat ini, pseudonim pun masih dipergunakan oleh para penulis buku. Seri novel anak, A Series Of Unfortunate Events yang ditulis oleh Lemony Snicket, ternyata kemudian terungkap nama penulis sebenarnya yaitu Daniel Handler.
Pseudonim kolektif juga masih dipergunakan seperti untuk seri novel fiksi Lorien Legacies karya Pittacus Lore yang baru-baru ini digemari, ternyata ide ceritanya muncul dari guratan 2 individu penulis, yaitu James Frey dan Jobie Hughes. Misteri jati diri Pittacus Lore yang tadinya tersembunyi dan sempat jadi sensasi pun terkuak sudah. Taktik ini rupanya masih jadi andalan para penerbit untuk memikat pembaca agar mereka membeli novelnya dan menjadikannya buku bestseller. dari berbagai sumber/smn/R-3.
Pseudonim Penulis Terkenal Dunia
Acton Bell (Anne Bronte) - Agnes Grey
Currer Bell (Charlotte Brontë) - Jane Eyre
Ellis Bell (Emily Brontë) - Wuthering Heights
Boz (Charles Dickens) - Great Expectations
David Axton (Dean Koontz) - Icebound
Dr. Seuss (Theodor Seuss Geisel) - The Cat in the Hat
George Eliot (Mary Anne Evans) - The Mill on the Floss
George Orwell (Eric Arthur Blair) - Homage to Catalonia
George Sand (Amantine Lucile Aurore Dupin) - Indiana
A Lady (Jane Austen) - Sense and Sensibility
Lemony Snicket (Daniel Handler) - A Series Of Unfortunate Events
Mark Twain (Samuel Langhorne Clemens) - Adventures of Huckleberry Finn, The Adventures of Tom Sawyer
Mary Westmacott (Agatha Christie) - Absent in the Spring
Pittacus Lore (James Frey dan Jobie Hughes) - Lorien Legacies
Richard Bachman (Stephen King) - Thinner
Romain Gary (Émile Ajar) - The Life Before Us.
Samaran Novelis Perempuan
Contoh dari penulis populer yang menyembunyikan jati diri aslinya, yaitu penulis kisah novel terkenal Sense and Sensibility karya Jane Austen. Saat terbit untuk pertama kalinya, Sense and Sensibility, Austen memutuskan untuk menggunakan nama samaran A Lady, sebelum kemudian memutuskan menggunakan nama aslinya untuk karya-karya novel berikutnya.
Ada pula penulis perempuan terkenal yang menggunakan nama samaran yang berbau maskulin yaitu Brontë bersaudari. Anne Brontë (penulis Agnes Grey) menggunakan nama samaran Acton Bell, Charlotte Brontë (penulis Jane Eyre) menggunakan nama samaran Currer Bell, sedangkan Emily Brontë (penulis Wuthering Heights) menggunakan nama samaran Ellis Bell.
Alasan mereka menggunakan psudonim sama halnya dengan J K Rowling karena ingin dikira penulisnya seorang pria. Alasan lainnya karena tak ingin warga yang tinggal di sekitar lingkup kehidupan mereka yang jadi inspirasi bagi karakter tulisannya mengetahui bahwa kehidupan mereka tengah dijadikan bahan tulisan.
Ada lagi penulis perempuan terkenal yang menggunakan pseudonim, yaitu Amantine Lucile Aurore Dupin yang menggunakan nama samaran George Sand. Amantine yang karya novel romantis populernya berjudul Indiana (1832), Valentine (1832), dan Lélia (1833) bahkan suka mengenakan busana pria sejak ia menggunakan nama samarannya.
Kondisi mengapa mereka, perempuan penulis, menggunakan pseudonim adalah karena dunia sastra kala abad ke-19 masih didominasi oleh kaum pria.
Pakai Inisial
Namun, fenomena penggunaan pseudonim yang maskulin masih diterapkan oleh serangkaian penulis novel perempuan saat ini. Mereka bukan khawatir akan dominasi pria. Namun, selain memiliki maksud menyamarkan jender mereka, juga bertujuan untuk menarik berbagai jenis pembaca tanpa membedakan segmen pembacanya.
Taktik yang mereka pergunakan yaitu menggunakan inisial nama sebenarnya seperti diterapkan penulis novel Harry Potter yang terkenal, JK Rowling. Sang penulis sengaja menyingkat namanya agar pembaca mengira sosok penulis adalah seorang pria. Padahal, penulis merupakan seorang perempuan bernama lengkap Joanne Kathleen Rowling.
Selain JK Rowling, ada pula penulis perempuan lainnya, seperti CL (Catherine Lucille) Moore yang dikenal sebagai penulis karya novel fiksi, SE (Susan Eloise) Hinton, penulis fiksi populer berjudul The Outsiders, dan DC (Dorothy Catherine) Fontana yang tadinya merupakan sekretaris dari produser film StarTrek, Gene Roddenberry, yang ternyata suka menuliskan beberapa skrip naskah episode film tersebut dan kadang ia menggunakan pseudonim Michael Richards atau J. Michael Bingham untuk beberapa naskahnya.
Taktik Gunakan Nama Pena
Ternyata, ada juga penulis novel terkenal dan amat produktif yang menggunakan pseudonim semata-mata untuk menyamarkan karya tulisannya yang akan diterbitkan dan tak ingin bayang-bayang nama besarnya akan mempengaruhi publik dalam membacanya. Hal ini pernah dilakukan penulis novel horor terkemuka Stephen King yang menggunakan nama samaran Richard Bachman untuk beberapa karya tulisannya.
Selain King, penulis sastra terkenal Prancis, Romain Gary, juga pernah menggunakan pseudonim Émile Ajar untuk karya sastranya yang berjudul The Life Before Us (La vie devant soi) yang meraih penghargaan literatur sastra, Prix Goncourt, pada 1975. Ini merupakan penghargaan kedua bagi Romain Gary setelah sebelumnya ia meraih lewat The Roots of Heaven (Les Racines du ciel) pada 1956.
Misteri juga disuguhkan dalam sebuah karya tulisan fiksi detektif karya penulis dan karakter Ellery Queen. Ternyata, Ellery Queen itu nama samaran kolektif dari sang duo penulis untuk Frederic Dannay dan Manfred Bennington Lee.
Di Indonesia pun ada penulis novel yang menggunakan pseudonim, seperti Remy Sylado, penulis novel Ca Bau Kan yang nama aslinya adalah Japi Tambajong. Selain menggunakan nama Remy Sylado, ia pun pernah menggunakan nama samaran Dova Zila, Alif Danya Munsyi, Juliana C. Panda, dan Jubal Anak Perang Imanuel.
Saat ini, pseudonim pun masih dipergunakan oleh para penulis buku. Seri novel anak, A Series Of Unfortunate Events yang ditulis oleh Lemony Snicket, ternyata kemudian terungkap nama penulis sebenarnya yaitu Daniel Handler.
Pseudonim kolektif juga masih dipergunakan seperti untuk seri novel fiksi Lorien Legacies karya Pittacus Lore yang baru-baru ini digemari, ternyata ide ceritanya muncul dari guratan 2 individu penulis, yaitu James Frey dan Jobie Hughes. Misteri jati diri Pittacus Lore yang tadinya tersembunyi dan sempat jadi sensasi pun terkuak sudah. Taktik ini rupanya masih jadi andalan para penerbit untuk memikat pembaca agar mereka membeli novelnya dan menjadikannya buku bestseller. dari berbagai sumber/smn/R-3.
Pseudonim Penulis Terkenal Dunia
Acton Bell (Anne Bronte) - Agnes Grey
Currer Bell (Charlotte Brontë) - Jane Eyre
Ellis Bell (Emily Brontë) - Wuthering Heights
Boz (Charles Dickens) - Great Expectations
David Axton (Dean Koontz) - Icebound
Dr. Seuss (Theodor Seuss Geisel) - The Cat in the Hat
George Eliot (Mary Anne Evans) - The Mill on the Floss
George Orwell (Eric Arthur Blair) - Homage to Catalonia
George Sand (Amantine Lucile Aurore Dupin) - Indiana
A Lady (Jane Austen) - Sense and Sensibility
Lemony Snicket (Daniel Handler) - A Series Of Unfortunate Events
Mark Twain (Samuel Langhorne Clemens) - Adventures of Huckleberry Finn, The Adventures of Tom Sawyer
Mary Westmacott (Agatha Christie) - Absent in the Spring
Pittacus Lore (James Frey dan Jobie Hughes) - Lorien Legacies
Richard Bachman (Stephen King) - Thinner
Romain Gary (Émile Ajar) - The Life Before Us.
0 Response to "Pseudonim Dunia .. siapa sebenarnya mereka ?"
Posting Komentar