Profil Tim Italia
Italia lolos dari kualifikasi Grup C dengan pencapaian nyaris sempurna; tak terkalahkan dan memperoleh tiketnya ketika laga masih tersisa dua.
Serbia yang diperkirakan menimbulkan masalah di lapangan, ternyata merepotkan Azzurri di luar lapangan ketika fans mereka membuat onar di Genoa. Serbia akhirnya harus menerima hukuman 'dikalahkan' tiga gol tanpa balas.
Laga penting bagi Italia sepanjang kualifikasi adalah ketika mengalahkan Estonia di Tallinn. Ini adalah laga perdana Cesare Prandelli sebagai pelatih Azzuri. Italia tertinggal lebih dulu, dan mengejar lewat gol Antonio Cassano dan Leonardo Bonucci.
Italia tidak mengalami kemunduran. Mereka memenangkan enam dari tujuh laga, dan hanya sekali kehilangan angka ketika ditahan Irlandia Utara di Belfast -- sebelum meraih tempatnya di Euro 2012 dengan kemenangan kandang 1-0 atas Slovenia. Giampaolo Pazzini menjadi pahlawan dalam laga itu.
Dalam lima Kejuaraan Eropa pertama, Italia hanya sekali tampil di final. Itu pun saat menjadi tuan rumah di tahun 1968.
Sebagai tuan rumah, Italia sedikit diuntungkan. Azzurri lolos ke final dengan mengalahkan Uni Soviet lewat undian koin (coin toss), setelah kedua tim bermain 120 menit tanpa gol. Di final, Italia harus menghadapi Yugoslavia dua kali. Laga pertama berakhir 1-1. Angelo Domenghini mencetak gol yang menyamakan kedudukan.
Di laga kedua, Italia lebih beruntung. Luigi Riva dan Pietro Anastasi mencetak dua gol di babak pertama. Yugoslavia tak bisa mengejar.
Rekor buruk Italia di Kejuaraan Eropa seharusnya berakhir tahun 2000, ketika mereka masuk final lagi. Namun David Trezeguet menggagalkannya lewat golden goal.
Cesare Prandelli tahu ketika menerima kesempatan menggantikan Marcello Lippi sebagai pelatih Italia setelah Piala Dunia 2010, dirinya menghadapi tugas maha berat. Sepakbola Italia saat itu terpuruk ke posisi terendah akibat terlempar dari babak pertama Piala Dunia 2010 Afsel.
Setelah kekalahan atas Pantai Gading pada laga pertamanya, Prandelli mulai melakukan peremajaan. Ia memasukan sejumlah pemain muda, seraya berusaha bijak dengan mempertahankan sejumlah pahlahwan Piala Dunia 2006 Jerman.
Prandelli memiliki pemain favorit, tapi menjadikan form sebagai faktor penentu dalam seleksi. Ia memutuskan memanggil kembali Cassano, yang terbukti menjadi kunci restorasi kepercayaan diri pemain dan fans.
Gianluigi Buffon memiliki segalanya untuk menjadi kapten; berani, kuat, bisa diandalkan, dan pemberi inspirasi. Ketika Italia membutuhkannya, penjaga gawang veteran itu selalu siap mengemban tugas.
Di Piala Dunia 2006 dia melakukan penyelamatan luar biasa untuk menahan tandukan Zinedine Zidane, sebelum bintang Prancis itu diusir keluar. Dua tahun kemudian, di Euro 2008, Buffon menahan tembakan penalti Adrian Mutu. Ia meloloskan Italia ke babak sistem gugur.
Buffon adalah pilihan pertama pengganti Fabio Cannavaro, sebagai kapten Italia setelah Piala Dunia 2010.
Sempat muncul kekhawatiran cedera yang kerap mendera Buffon menjadi masalah bagi Italia. Namun, kekhawatiran itu sirna setelah Buffon tampil sembilan kali bersama Juvetnus di Serie A Italia.
Max Allegri membuat beberapa kesalahan sejak mengambil alih kursi pelatih AC Milan, tapi membiarkan Andrea Pirlo meninggalkan San Siro dengan status free transfer pada akhir musim mulai terlihat seperti transfer paling janggal dalam sejarah.
Pirlo menemukan kembali performa terbaiknya di Juventus, dan menjadi komponen kunci proyek peremajaan Bianconeri di bawah pelatih Antonio Conte.
Posisi Pirlo di lini tengah Italia berada dalam bahaya, setelah bencana Piala Dunia 2010. Namun, setelah sukses di kualifikasi Euro 2012, playmaker berusia 34 tahun itu menjadi salah satu nama di tim inti Prandelli.
Prandelli mengatakan; "Tidak ada pemain yang mampu menciptakan ruang dan waktu seperti Pirlo.
Mario Balotelli mungkin pemain paling kontroversial saat ini. Akibatnya, orang menjadi mudah lupa akan bakat luar biasanya.
Sekonyong-konyong, Balotelli menjadi sangat penting bagi Italia, menyusul bencana cedera yang dialami Giuseppe Rossi dan Antonio Cassano.
Bertubuh kekar, Balotelli adalah striker eksplosif, cerdik, dan penuh siasat, seperti yang diperlihatkan dalam derby melawan Manchester United di Old Trafford.
Ia masi berusia 21 tahun, dan diyakini akan menjadi pemain besar di masa depan. Euro 2012 mungkin menjadi turnamen awal yang membenarkan banyak pendapat tentangnya.
Serbia yang diperkirakan menimbulkan masalah di lapangan, ternyata merepotkan Azzurri di luar lapangan ketika fans mereka membuat onar di Genoa. Serbia akhirnya harus menerima hukuman 'dikalahkan' tiga gol tanpa balas.
PERJALANAN MENUJU EURO 2012 |
GRUP C | GP | W | D | L | GD | PTS | |
1 | Italia (lolos) | 10 | 8 | 2 | 0 | 18 | 26 |
2 | Estonia | 10 | 5 | 1 | 4 | 1 | 16 |
3 | Serbia | 10 | 4 | 3 | 3 | 1 | 15 |
4 | Slovenia | 10 | 4 | 2 | 4 | 4 | 14 |
5 | Irlandia Utara | 10 | 2 | 3 | 5 | -4 | 9 |
6 | Kepulauan Faroe | 10 | 1 | 1 | 8 | -20 | 4 |
HASIL-HASIL | TOP SKOR |
Sep 3, 2010: Estonia 1-2 Italia Sep 7, 2010: Italia 5-0 Kep Faroe Okt 8, 2010: Irlandia Utara 0-0 Italia Okt 12, 2010: Italia 3-0 Serbia* Mar 25, 2011: Slovenia 0-1 Italia Jun 3, 2011: Italia 3-0 Estonia Jun 7, 2011: Kep Faroe 0-1 Italia Sep 6, 2011: Italia 1-0 Slovenia Okt 7, 2011: Serbia 1-1 Italia Okt 11, 2011: Italia 3-0 Irlandia Utara * - Pertandingan ditinggalkan | 6 - Antonio Cassano 2 - Giampaolo Pazzini 1 - Leonardo Bonucci, Daniele De Rossi, Alberto Gilardino, Claudio Marchisio, Thiago Motta, Andrea Pirlo, Fabio Quagliarella, Giuseppe Rossi |
Laga penting bagi Italia sepanjang kualifikasi adalah ketika mengalahkan Estonia di Tallinn. Ini adalah laga perdana Cesare Prandelli sebagai pelatih Azzuri. Italia tertinggal lebih dulu, dan mengejar lewat gol Antonio Cassano dan Leonardo Bonucci.
Italia tidak mengalami kemunduran. Mereka memenangkan enam dari tujuh laga, dan hanya sekali kehilangan angka ketika ditahan Irlandia Utara di Belfast -- sebelum meraih tempatnya di Euro 2012 dengan kemenangan kandang 1-0 atas Slovenia. Giampaolo Pazzini menjadi pahlawan dalam laga itu.
SEJARAH DI PIALA EROPA |
1960 | Tidak ikut | 1988 | Semi-final |
1964 | Tidak lolos | 1992 | Tidak lolos |
1968 | JUARA | 1996 | Babak grup |
1972 | Tidak lolos | 2000 | Runner-up |
1976 | Tidak lolos | 2004 | Babak grup |
1980 | Peringkat keempat | 2008 | Perempat-final |
1984 | Tidak lolos | 2012 | Lolos sebagai juara grup |
Dalam lima Kejuaraan Eropa pertama, Italia hanya sekali tampil di final. Itu pun saat menjadi tuan rumah di tahun 1968.
Sebagai tuan rumah, Italia sedikit diuntungkan. Azzurri lolos ke final dengan mengalahkan Uni Soviet lewat undian koin (coin toss), setelah kedua tim bermain 120 menit tanpa gol. Di final, Italia harus menghadapi Yugoslavia dua kali. Laga pertama berakhir 1-1. Angelo Domenghini mencetak gol yang menyamakan kedudukan.
Di laga kedua, Italia lebih beruntung. Luigi Riva dan Pietro Anastasi mencetak dua gol di babak pertama. Yugoslavia tak bisa mengejar.
Rekor buruk Italia di Kejuaraan Eropa seharusnya berakhir tahun 2000, ketika mereka masuk final lagi. Namun David Trezeguet menggagalkannya lewat golden goal.
MANAJER | CESARE PRANDELLI |
Cesare Prandelli tahu ketika menerima kesempatan menggantikan Marcello Lippi sebagai pelatih Italia setelah Piala Dunia 2010, dirinya menghadapi tugas maha berat. Sepakbola Italia saat itu terpuruk ke posisi terendah akibat terlempar dari babak pertama Piala Dunia 2010 Afsel.
Setelah kekalahan atas Pantai Gading pada laga pertamanya, Prandelli mulai melakukan peremajaan. Ia memasukan sejumlah pemain muda, seraya berusaha bijak dengan mempertahankan sejumlah pahlahwan Piala Dunia 2006 Jerman.
Prandelli memiliki pemain favorit, tapi menjadikan form sebagai faktor penentu dalam seleksi. Ia memutuskan memanggil kembali Cassano, yang terbukti menjadi kunci restorasi kepercayaan diri pemain dan fans.
KAPTEN | GIANLUIGI BUFFON |
Gianluigi Buffon memiliki segalanya untuk menjadi kapten; berani, kuat, bisa diandalkan, dan pemberi inspirasi. Ketika Italia membutuhkannya, penjaga gawang veteran itu selalu siap mengemban tugas.
Di Piala Dunia 2006 dia melakukan penyelamatan luar biasa untuk menahan tandukan Zinedine Zidane, sebelum bintang Prancis itu diusir keluar. Dua tahun kemudian, di Euro 2008, Buffon menahan tembakan penalti Adrian Mutu. Ia meloloskan Italia ke babak sistem gugur.
Buffon adalah pilihan pertama pengganti Fabio Cannavaro, sebagai kapten Italia setelah Piala Dunia 2010.
Sempat muncul kekhawatiran cedera yang kerap mendera Buffon menjadi masalah bagi Italia. Namun, kekhawatiran itu sirna setelah Buffon tampil sembilan kali bersama Juvetnus di Serie A Italia.
PEMAIN BINTANG | ANDREA PIRLO |
Max Allegri membuat beberapa kesalahan sejak mengambil alih kursi pelatih AC Milan, tapi membiarkan Andrea Pirlo meninggalkan San Siro dengan status free transfer pada akhir musim mulai terlihat seperti transfer paling janggal dalam sejarah.
Pirlo menemukan kembali performa terbaiknya di Juventus, dan menjadi komponen kunci proyek peremajaan Bianconeri di bawah pelatih Antonio Conte.
Posisi Pirlo di lini tengah Italia berada dalam bahaya, setelah bencana Piala Dunia 2010. Namun, setelah sukses di kualifikasi Euro 2012, playmaker berusia 34 tahun itu menjadi salah satu nama di tim inti Prandelli.
Prandelli mengatakan; "Tidak ada pemain yang mampu menciptakan ruang dan waktu seperti Pirlo.
TALENTA BERBAKAT | MARIO BALOTELLI |
Mario Balotelli mungkin pemain paling kontroversial saat ini. Akibatnya, orang menjadi mudah lupa akan bakat luar biasanya.
Sekonyong-konyong, Balotelli menjadi sangat penting bagi Italia, menyusul bencana cedera yang dialami Giuseppe Rossi dan Antonio Cassano.
Bertubuh kekar, Balotelli adalah striker eksplosif, cerdik, dan penuh siasat, seperti yang diperlihatkan dalam derby melawan Manchester United di Old Trafford.
Ia masi berusia 21 tahun, dan diyakini akan menjadi pemain besar di masa depan. Euro 2012 mungkin menjadi turnamen awal yang membenarkan banyak pendapat tentangnya.
0 Response to "Profil Tim Italia"
Posting Komentar