Mitos dan Fakta Tentang Gangguan Jiwa
-->
Mitos 1 : Gangguan Jiwa = Gila
Fakta 1:
Masyarakat banyak menganggap bahwa orang yang mengidap gangguan jiwa atau gangguan mental emosional hanyalah orang gila. Faktanya, tidak semua orang yang mengalami gangguan jiwa dapat disebut “gila” secara medis. Secara medis mungkin yang disebut “gila” oleh masyarakat adalah orang-orang yang mengalami gangguan psikotik. Gangguan psikotik adalah keadaan dimana seseorang tidak dapat membedakan dunia nyata dan dunia khayalnya, contoh gejalanya : ada yang merasa dirinya adalah nabi atau artis terkenal, atau merasa bahwa keluarga terdekatnya ingin mencelakakannya selain itu tidak jarang yang dapat mendengar atau melihat hal-hal yang tidak dapat didengar atau dilihat oleh orang lain.
Jadi sebenernya gangguan Jiwa itu apa dong ? bingung nih!
Gangguan jiwa adalah sekumpulan gejala psikologis dan perilaku yang menyebabkan seseorang mengalami penderitaan dan penurunan pada fungsinya sehari-hari, seperti fungsi untuk bersosialisasi, belajar, bekerja, merawat diri, dan lain sebagainya.
Wah gangguan jiwa berarti ada banyak dong ! Contohnya apa aja sih ?
Selain gangguan psikotik, gangguan jiwa mencakup gangguan depresi, gangguan bipolar, kecemasan, fobia, gangguan obsesif kompulsif, penyalahgunaan zat adiktif/napza, retardasi mental, autisme pada anak, demensia dan lain sebagainya. Gangguan jiwa dapat terjadi pada siapa saja, baik laki-laki atau perempuan, dari semua kelompok umur serta pada semua ras dan kelompok etnis.
Mitos 2 : Gangguan Jiwa Disebabkan oleh Kutukan dan Guna-Guna
Fakta 2:
Saat ini, orang yang mengalami gangguan jiwa seringkali dianggap karena kemasukan roh atau gara-gara menuntut ilmu khusus sehingga pengobatan cenderung mencari pengobatan supranatural dibandingkan medis. Penjelasan dari Prof. dr. Sasanto Wibisono, SpKJ(K), salah satu psikiater yang menjadi pengajar di Universitas Indonesia sih gini :
Masih ada beberapa kerancuan pada makna istilah, yang dapat menghambat usaha memasyarakatkan psikiatri. Istilah psikiatri (inggris: psychiatry) diangkat dari bahasa Yunani, yaitu psyche (soul, mind kehidupan mental, baik yang sadar maupun bawah sadar dalam bahasa Indonesia: roh, jiwa, mental) dan iatreia (healing-penyembuhan). Sesuai dengan kedudukannya sebagai bidang ilmu, maka di dalam bidang psikiatri, psyche berarti mind atau mental dan bukan berarti soul atau roh.
Dalam bahasa Indonesia, jiwa dapat berarti: (1) roh, nyawa, atau (2) seluruh kehidupan batin manusia yang terdiri dari perasaan, pikiran, angan-angan, dsb. Dalam hubungan dengan psikiatri, diambil pengertian yang kedua, bukan roh. Penggunaan istilah jiwa juga dapat menimbulkan salah pengertian, karena sering dikaitkan dengan segi spiritual. Ilmu Kedokteran Jiwa dan Psikiatri merupakan istilah bahasa Indonesia untuk Psychiatry, dan Kesehatan Jiwa untuk Mental Health. Meskipun sudah lama digunakan, masih sering terjadi kerancuan pengertian antara Ilmu Kedokteran
Jiwa dan Kesehatan Jiwa tersebut.
Jadi sebenernya yang bikin orang mengalami gangguan jiwa apa sih ?
Gangguan jiwa disebabkan oleh kombinasi dari faktor biologis, psikologis dan sosial seperti kejadian dalam hidup yang membuat kita stres/tertekan, pola asuh orang tua, pola hubungan dalam keluarga, penyakit yang menyebabkan gangguan pada otak, kelainan genetik, dan permasalahan kesehatan lainnya. Faktor-faktor tersebut dapat menyebabkan ketidakseimbangan neurotransmitter di otak.
Neurotransmitter?!@#$%
Secara sederhana, otak dibentuk oleh sel-sel otak (sel neuron) dan sel-sel penyokong (sel glia). Komunikasi antara sel otak yang satu dengan sel otak yang lain salah satunya dimediasi oleh neurotransmitter. Apabila terjadi gangguan pada keseimbangan neurotransmitter, maka akan menyebabkan munculnya gejala-gejala gangguan jiwa.
Mitos 3 : Pengidap gangguan jiwa di Indonesia hanya sedikit
Fakta 3:
Berapa banyak sih penduduk Indonesia yang mengalami gangguan jiwa?
Data dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007, menunjukkan angka nasional gangguan jiwa dan mental emosional (kecemasan dan depresi) pada penduduk usia sekitar 15 tahun, adalah 11,6%, atau sekitar 19 juta penduduk. Sedangkan dengan gangguan jiwa berat rata-rata sebesar 0,64% (1 juta) penduduk. Dengan provinsi pemegang angka gangguan mental dan emosional tertinggi di Indonesia adalah Jawa Barat yang mencapai angka 20%. 20% mah masih dikit gaaaan, cuman 1 dari 5 aja
Aduh... Apa asaya salah satu yang mengalami gangguan jiwa ya? Gejala-gejalanya apa sih ?
Gejala-gejala awal gangguan jiwa sangat bervariasi, dari gejala fisik sampai gejala persepsi. Berikut ini adalah beberapa contoh gejala awal dari gangguan jiwa :
Gejala fisik. Dapat berupa nyeri kepala, nyeri badan, nyeri lambung, mual-mual, kehilangan nafsu makan dan gangguan tidur seperti insomnia
Gejala emosional. Perasaan sedih, gembira, takut, atau cemas yang mengganggu aktivitas.
Gejala kognitif. Sulit berkonsentrasi, sulit berpikir jernih, mengalami gangguan memori seperti mudah lupa
Gejala perilaku. Perilaku agresif, kesulitan untuk melakukan pekerjaan sehari-hari, perilaku yang aneh, penggunaan zat psikoaktif yang berlebihan (seperti alkohol dan napza)
Gejala persepsi. Dapat melihat atau mendengar sesuatu yang tidak dapat dilihat atau didengar orang lain.
Aduh kemungkinan saya mengalami gangguan jiwa nih, abis pacar saya selingkuh, saya ngga bisa konsentrasi kuliah, ngga bisa tidur, ngga nafsu makan, sedih terus... saya malu !
Kenapa harus malu , gangguan jiwa itu bisa diobati dan bakalan tetap bisa berprestasi kalau mendapat penanganan yang tepat.
Beberapa contoh tokoh dunia yang mengalami gangguan jiwa dan tetap eksis:
Issac Newton - gangguan bipolar
Ludwig Van Beethoven - gangguan bipolar
Abraham Lincoln - depresi berat, sampe-sampe pengen bunuh diri
Vincent Van Gogh - skizofrenia
Winston Churcill - depresi berat
dan lain sebagainya
Mitos 4: Gangguan jiwa berobatnya ke dukun/paranormal.
Fakta 4:
Kalo saya ga salah, sekarang tahun 2012 kan ya? Masih mau ke dukun? Ya boleh aja sih...saya ngga tau juga sampai dimana perkembangan ilmu perdukunan di Indonesia. Tapi kalo saya boleh saranin, kita coba dulu cara yang memang terbukti secara ilmiah
Jadi kalau saya mengalami gejala-gejala gangguan jiwa,saya harus kemana?
Saran saya,anda bisa coba menghubungi dokter umum atau dokter spesialis jiwa (psikiater) terdekat. Dokter umum terlatih untuk mendeteksi adanya gangguan jiwa, apabila ternyata masih dalam kompetensinya, dokter umum dapat memberikan terapi, namun kalau ternyata diluar kompetensinya maka akan dirujuk ke dokter spesialis jiwa. Dokter-dokter biasanya nongkrong di puskesmas dan rumah sakit di seluruh Indonesia. Psikiater nih yang agak langka, kalau memang ternyata di RSUD tidak ada, bisa coba ke rumah sakit jiwa atau rumah sakit umum tingkat provinsi (misalnya RSCM, RSHS dan lain sebagainya).
Kalo psikolog gimana ?
Psikolog dan psikiater sangatlah berbeda, berikut ini adalah perbedaannya :
Pendidikan. Psikolog adalah lulusan S-1 jurusan psikologi kemudian dilanjutkan program pendidikan profesi psikologi (5 – 6 tahun) sedangkan psikiater adalah seorang dokter umum (lulusan S-1 dan program pendidikan profesi dokter selama 5 - 6 tahun) yang telah menyelesaikan program spesialisasi ilmu kedokteran jiwa (4 tahun, total 9 – 10 tahun pendidikan).
Kompetensi. Yang memiliki kompetensi untuk menangani gangguan jiwa adalah dokter umum dan psikiater, baik memberikan psikoterapi (seperti CBT dan hipnoterapi), meresepkan obat atau kombinasi keduanya. Sedangkan kompetensi psikolog adalah menangani klien yang tidak mengalami gangguan jiwa, misalnya melakukan tes IQ, tes tentang minat, bakat, kepribadian dan lain sebagainya. Ada yang disebut sebagai psikolog klinis, di rumah sakit, mereka adalah bagian dari tim yang terdiri dari psikiater, perawat, psikolog, dan pekerja sosial. Mereka dapat melakukan psikoterapi dengan supervisi dari psikiater namun tetap tidak memiliki kompetensi untuk meresepkan obat.
Mitos 5 : Semua obat dari dokter menyebabkan ketergantungan.
Fakta 5:
Yang ini hoax banget ! Obat yang dapat menyebabkan ketergantungan hanyalah obat-obatan yang berasal dari golongan benzodiazepine, contohnya alprazolam (xanax). Dan ketergantungan tidak terjadi begitu saja, kalau penggunaannya asal-asalan dan tidak mematuhi aturan dari dokter yang terlatih, baru akan menyebabkan ketergantungan. Obat-obatan dari golongan lain tidak menyebabkan ketergantungan.
Makasih banyak udah baca sampe beres . Mudah-mudahan ini bisa menambah pengetahuan kita tentang gangguan jiwa dan mendeteksi apabila kita atau orang yang dekat dengan kita ternyata mengalami gangguan jiwa, jadinya bisa segera diobati
sumber dengan edit seperlunya
0 Response to "Mitos dan Fakta Tentang Gangguan Jiwa"
Posting Komentar