Bayern Muenchen Siap Mati Demi Trofi Eropa
AP Photo/Tom Hevezi
Striker Chelsea, Didier Drogba, berusaha untuk tetap hangat dalam sesi latihan di pusat pelatihan Cobham, Selasa (15/5). Chelsea akan bertemu Bayern Muenchen di final Liga Champions di Muenchen, Sabtu (19/5).
Bayern Muenchen menyiapkan segudang mantra guna melecut pemain agar tampil mati-matian melawan Chelsea di final Liga Champions, Sabtu (19/5) besok. Mantra itu mulai dari ”generasi emas”, ”laga terakbar seumur hidup”, rekor juara, hingga tekad siap mati.
Mantra dan aneka jargon itu dikemukakan sejumlah pemain Bayern menjelang duel akbar di Stadion Fussball Arena, Muenchen, yang juga kandang mereka. Kubu Chelsea tidak mau kalah. Kubu Inggris mengangkat tema penebusan atas kegagalan pada final 2008 di Moskwa.
”Ini laga terpenting seumur hidup,” kata Arjen Robben, pemain sayap Bayern, Kamis (17/5). ”Inilah saatnya. Anda harus memenangi Liga Champions (setidaknya) sekali dalam seumur hidup. Dua tahun lalu, kami kalah di final dan kini kami mendapat kesempatan kedua.”
Robben bukanlah pemain kemarin sore. Dia telah mereguk gelar juara liga di Spanyol, Jerman, Inggris, dan Belanda. Namun, pemain berusia 28 tahun itu belum pernah mencicipi manisnya juara Liga Champions. Hal serupa dirasakan sayap Bayern lainnya, Franck Ribery.
”Saya sudah berumur 29 tahun dan Anda tidak selalu mengalami laga seperti ini setiap musim,” kata Ribery yang absen di final 2010 karena diskors. Ketika berbicara kepada wartawan, Kamis, pemain timnas Perancis itu memakai kaus bertuliskan slogan Bayern ”Mia san Mia (Kami adalah Kami)”.
Mati pun siap
Tanpa diperkuat Ribery, Bayern takluk di tangan Inter Milan yang saat itu dilatih Jose Mourinho, 0-2, pada final 2010 di Madrid.
”Sulit mencapai final, itu sebabnya (laga final) ini begitu penting. Kami harus menumpahkan semua yang kami miliki dan berusaha dengan berbagai cara. Dan sekalipun jika kami mati setelah itu, biarlah saja itu terjadi,” kata Ribery. Bersama Robben (kemudian pasangan dua pemain sayap itu dikenal dengan julukan ”Robbery”), dia menjadi pemain kunci atas suksesnya Bayern ke final Liga Champions.
Jika menang dan juara, Bayern bakal menjadi tim pertama yang menjuarai Liga Champions di kandang sendiri. Selama ini, baru dua klub—saat ajang masih bernama Piala Eropa dengan format lama—yang menjuarai Eropa di kandang sendiri: Real Madrid (1957) dan Inter Milan (1965).
Tim finalis terakhir yang tampil di kandang sendiri, AS Roma, pada 1984, kalah dari Liverpool lewat adu penalti. ”Anda harus mendapatkan gelar internasional untuk menjadi generasi emas,” ujar Philipp Lahm, kapten Bayern, yang termotivasi sukses bos di klubnya, Uli Hoeness (Presiden) dan Karl-Heinz Rummenigge (Ketua), yang menjadi bagian Bayern saat juara tiga tahun beruntun (1974, 1975, dan 1976).
Penebus duka Moskwa
Chelsea juga tidak kekurangan motivasi pelecut untuk merebut trofi pertama Liga Champions. Striker Didier Drogba menyitir duka akibat kegagalan di final 2008 Moskwa. Saat itu, dia diusir pada babak perpanjangan waktu karena menampar bek Manchester United, Nemanja Vidic.
Ia hanya bisa melihat kegagalan Nicolas Anelka dan John Terry gagal mengeksekusi penalti dalam adu penalti, membuat trofi jatuh ke pelukan MU.
”Setelah kejadian di Moskwa itu, sebagian besar kami berpikir akan tampil di final lagi tahun berikutnya. Namun, Anda bisa lihat, sangat sulit mencapai final,” kata Drogba. Bagi Chelsea, duka kegagalan di Moskwa hanya bisa ditebus dengan trofi di Muenchen. (AP/AFP/REUTERS/SAM)
sumber
Mantra dan aneka jargon itu dikemukakan sejumlah pemain Bayern menjelang duel akbar di Stadion Fussball Arena, Muenchen, yang juga kandang mereka. Kubu Chelsea tidak mau kalah. Kubu Inggris mengangkat tema penebusan atas kegagalan pada final 2008 di Moskwa.
”Ini laga terpenting seumur hidup,” kata Arjen Robben, pemain sayap Bayern, Kamis (17/5). ”Inilah saatnya. Anda harus memenangi Liga Champions (setidaknya) sekali dalam seumur hidup. Dua tahun lalu, kami kalah di final dan kini kami mendapat kesempatan kedua.”
Robben bukanlah pemain kemarin sore. Dia telah mereguk gelar juara liga di Spanyol, Jerman, Inggris, dan Belanda. Namun, pemain berusia 28 tahun itu belum pernah mencicipi manisnya juara Liga Champions. Hal serupa dirasakan sayap Bayern lainnya, Franck Ribery.
”Saya sudah berumur 29 tahun dan Anda tidak selalu mengalami laga seperti ini setiap musim,” kata Ribery yang absen di final 2010 karena diskors. Ketika berbicara kepada wartawan, Kamis, pemain timnas Perancis itu memakai kaus bertuliskan slogan Bayern ”Mia san Mia (Kami adalah Kami)”.
Mati pun siap
Tanpa diperkuat Ribery, Bayern takluk di tangan Inter Milan yang saat itu dilatih Jose Mourinho, 0-2, pada final 2010 di Madrid.
”Sulit mencapai final, itu sebabnya (laga final) ini begitu penting. Kami harus menumpahkan semua yang kami miliki dan berusaha dengan berbagai cara. Dan sekalipun jika kami mati setelah itu, biarlah saja itu terjadi,” kata Ribery. Bersama Robben (kemudian pasangan dua pemain sayap itu dikenal dengan julukan ”Robbery”), dia menjadi pemain kunci atas suksesnya Bayern ke final Liga Champions.
Jika menang dan juara, Bayern bakal menjadi tim pertama yang menjuarai Liga Champions di kandang sendiri. Selama ini, baru dua klub—saat ajang masih bernama Piala Eropa dengan format lama—yang menjuarai Eropa di kandang sendiri: Real Madrid (1957) dan Inter Milan (1965).
Tim finalis terakhir yang tampil di kandang sendiri, AS Roma, pada 1984, kalah dari Liverpool lewat adu penalti. ”Anda harus mendapatkan gelar internasional untuk menjadi generasi emas,” ujar Philipp Lahm, kapten Bayern, yang termotivasi sukses bos di klubnya, Uli Hoeness (Presiden) dan Karl-Heinz Rummenigge (Ketua), yang menjadi bagian Bayern saat juara tiga tahun beruntun (1974, 1975, dan 1976).
Penebus duka Moskwa
Chelsea juga tidak kekurangan motivasi pelecut untuk merebut trofi pertama Liga Champions. Striker Didier Drogba menyitir duka akibat kegagalan di final 2008 Moskwa. Saat itu, dia diusir pada babak perpanjangan waktu karena menampar bek Manchester United, Nemanja Vidic.
Ia hanya bisa melihat kegagalan Nicolas Anelka dan John Terry gagal mengeksekusi penalti dalam adu penalti, membuat trofi jatuh ke pelukan MU.
”Setelah kejadian di Moskwa itu, sebagian besar kami berpikir akan tampil di final lagi tahun berikutnya. Namun, Anda bisa lihat, sangat sulit mencapai final,” kata Drogba. Bagi Chelsea, duka kegagalan di Moskwa hanya bisa ditebus dengan trofi di Muenchen. (AP/AFP/REUTERS/SAM)
sumber
0 Response to "Bayern Muenchen Siap Mati Demi Trofi Eropa"
Posting Komentar